A.
Latar
Belakang
Sapi
perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Pemeliharaan sapi perah
beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh pemerintah agar swasembada susu
tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional,
perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga
hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana
apabila peternak sapi perah dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah
bersedia melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah.
Dalam
meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa faktor
penting yang harus di terapkan secara profesional yaitu perlunya penanganan
manajemen pemeliharaan sapi perah yang baik. Karena hal tersebut mempunyai
peran penting dalam peningkatan kualitas produk susu sapi perah. Salah satu
aspek yang mempunyai pengaruh penting terhadap peningkatan produksi susu sapi
adalah pemeliharaan atau penanganan sapi perah masa kering kandang.
Masa
kering kering pada sapi perah dilakukan pada waktu kira-kira delapan minggu
sapi menjelang melahirkan anaknya. Pada masa ini pemerehan di hentikan total
dengan tujuan memberi kesempatan sapi untuk beristirahat serta mengoptimalkan
peran pakan ternak meningkatkan bobot yang ideal dan tepat untuk perkembangan
janin bukan untuk produksi susu. Dengan adanya penanganan pemeliharaan sapi
perah masa kering yang baik ini di harapkan juga menghasilkan bibit sapi perah
yang unggul sehingga kebutuhan akan swasembada susu di Indonesia segera
terpanuhi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana
pemeliharaan sapi perah masa kering sebelum melahirkan ?
2. Bagaimanakah
pemeliharaan sapi perah masa kering setelah melahirkan ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
prosedur pemeliharaan sapi perah masa kering sebelum
melahirkan.
2. Menjelaskan prosedur pemeliharaan sapi perah masa kering
sesudah melahirkan.
Tinjauan
Umum Pemeliharaan Sapi Perah
Sebagai
ternak ruminansia yang menghasilkan susu, sapi perah merupakan komoditi ternak
yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam peningkatan kualitas serta
kuantitas produksinya. Dalam pemeliharaannya, ada beberapa faktor yang
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil produksi sapi tersebut, diantaranya
suhu, kondisi kandang, sanitisi kandang, kebutuhan pakan, kelembaban, dan
kondisi lingkungan sekitar. Pada dasarnya secara umum pemeliharaan sapi perah
meliputi pemeliharaan sapi dara dan bunting, pemeliharaan sapi laktasi,
pemeliharaan sapi kering kandang, dan pemeliharaan pedet (Blakely dan Bade,
1998).
Sapi
memerlukan pemeliharaan badan khusus, antara lain ; a) daki, lapisan kulit
paling atas adalah lapisan kulit mati sehingga kulit akan mengeluarkan peluh
yang bercampur bau hingga kulit kotor oleh daki. b) kotoran, sapi akan membuang kotoran
setiap waktu dan akan berbaring di tempat tersebut maka kotoran harus di
bersihkan. Selanjutnya untuk perwatan kulit bisa dilakukan dengan cara
memandikan dan menyikat kulit sapi tersebut dan kalau ada bulu-bulu yang tebal
dan tumbuh di daerah ambing, kaki belakang, serta lipatan paha belakang untuk
menghindarkan melekatnya kotoran yang tebal.
Tujuan
dari pembersihan badan sapi yaitu, a) menjaga kesehatan sapi agar bekteri
maupun kuman-kuman tidak berinfeksi dan juga pengaturan suhu badan serta
peredaran darah tidak terganggu, b) menjaga produksi susu agar bisa selalu
stabil, c) menghindarkan bulu-bulu sapi yang rontok ke dalam air susu yang kita
perah (Muljana dalam Adika Putra, 2009).
Selain
kebersihan ternak, hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah
adalah kondisi kandang yang cocok untuk ternak tersebut. Kandang yang ideal
untuk ternak sapi perah harus terdapat saluran pembuangan air, kelembabannya
terjaga serta keadaan harus tetap kering.
B.
Pemeliharaan
Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan
Masa kering sapi perah
mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan.
Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak
tetap sehat sehingga untuk produksi yang
akan datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi
ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi
istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin
pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009),
masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun.
Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga
mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.
Dalam pelaksanaan masa
kering sapi perah dilakukan dengan dua sistem, yaitu secara fisiologis dan
secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan
konsumsi pakan serta keadaan kandang yang baik untuk sapi masa kering.
Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi pemerahan mulai dari pemerahan
secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap, dan pemerahan secara
tiba-tiba.
1.
Kebutuhan
Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering
Pada
saat sapi perah dalam kondisi kering,
kebutuhan akan konsumsi pakan penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan
untuk menjaga kesehatan sapi itu sendiri serta untuk menjaga kesehatan
kandungan ternak tersebut. Pada kondisi ini komposisi ransum perlu dilakukan
perhitungan secara optimal guna untuk meminimalkan problem metabolik pada atau
setelah beranak serta untuk meningkatkan produksi susu pada masa laktasi
berikutnya.
Secara
umum pada konsisi kering ini, ternak diberikan sedikit hijauan dan pengurangan
bahkan penghentian pemberian konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada
akhir masa kering hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti
dengan penambahan konsentrat. Ransum harus diformulasikan untuk
memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus,
pertambahan bobot badan. Panda kondisi
ini konsumsi BK ransum harian yang diberikan pada ternak tidak boleh melebihi
dari 2% berat badan, konsumsi hijauan minimal 1% berat badan. Setengah dari 1%
BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi
kering. Pada masa kering, sapi perah harus di tekan jangan sampai terlalu gemuk
atau BCS nya melebihi standar untuk sapi bunting (2,5 – 3). Hal ini dimaksudkan
agar sapi tersebut tidak ada kendala dalam proses kelahiran nantinya. Komposisi
hijauan kualitas rendah, seperti grass
hay, baik diberikan pada kondisi ini dengan tujuan untuk membatasi konsumsi
hijauan. Pada kondisi kering kebutuhan protein yang dikonsumsi sapi perah
sebesar 12 % sudah cukup untuk menjaga kesehatan ternak tersebut. Kebutuhan Ca
dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang
berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P
meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se,
harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E
yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi
retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet. Sedikit konsentrat
perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak,
bertujuan:
·
Mengubah bakteri rumen dari populasi
pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan
konsentrat;
·
Meminimalkan stress terhadap
perubahan ransum setelah beranak.
2.
Kebutuhan
Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering
Keberadaan
kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat
penting. Hal ini disebabkan sapi yang akan beranak memerlukan exercise
atau latihan persiapan melahirkan (bisa berupa jalan-jalan di dalam
kandang) untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah
susunya selama sekitar 80 hari . Dengan demikian, pakan yang di makan hanya
untuk kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya dan kebutuhan
hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran. Kandang
sapi kering dapat dibuat secara koloni untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa
disekat satu sama lain. Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah
2-2,5 x 7 x 1 m (lebar 2-2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m). Ukuran
tempat pakan sama dengan ukuran tempat pakan di kandang sapi masa produksi ,
tempat pakan ini bias ditempatkan di tengah kandang. Untuk sapi bunting masa
kering kemiringan kandang tidak boleh melebihi dari 50 hal ini bertujuan
agar ternak tersebut tidak tergelincir yang bisa menyebabkan gangguan pada
janin yang di kandung.
3.
Proses
Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan
Menurut
Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses pengeringan atau menuju masa
kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan pemerahan, proses
pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut :
a)
Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya
diperah sekali sehari selama beberapa hari. Selanjutnya satu hari diperah dan
hari berikutnya tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga
akhirnya tidak diperah sama sekali.
b) Pemerahan tidak lengkap yaitu
pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak
sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah
secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari berikutnya
bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa hari hingga akhirnya
tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan pada sapi yang mempunyai
kemampuan produksi tinggi
c) Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini
dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini didahului dengan tidak
memberikan makanan penguat 3 hari sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan
pun dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan
memperkecil gangguan kesehatan pada ambing, bila kombinasikan dengan cara
pemerahan berselang.
Didalam persiapan laktasi
mendatang, yang penting diperhatikan adalah menjaga makanan tetap baik,
terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering. Periode kering sangat
diperlukan bagi sapi perah yang sedang laktasi agar sapi dapat menyimpan energi
yang cukup untuk laktasi berikutnya
·
Periode kering yang ideal (6-8)
minggu sebelum partus, pengeringan lebih lama akan lebih baik dibandingkan
pengeringan yang pendek
·
Periode kering lebih dari 60 hari
memberikan produksi susu pada masa laktasi berikutnya realatif kecil, tapi
untuk laktasi yang sedang berjalan cukup berpengaruh
·
Pada saat periode pengeringan
perlu diberikan perlakuan steaming-up (2-4) minggu sebelum partus untuk persiapan
kelahiran.
C. Pemeliharaan Sapi Perah Masa
Kering Setelah Melahirkan
Setelah
melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung diambil susunya. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan kecukupan gizi anak sapi yang baru dilahirkan.
Karena pada masa sapi setelah melahirkan, susu yang di produksi berupa colostrum
yang berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh atau sebagai anti
bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk sapi sekitar
7 – 10 hari .
Konsumsi
pakan yang di butuhkan pada sapi induk setelah melahirkan dengan kebutuhan
hijauan dan konsentrat yang seimbang dan diberikan secara id libitum sehingga kebutuhan nutrisi yang di butuhkan
oleh ternak tersebut dapat terpenuhi. Kebutuhan air minum pada sapi setelah
melahirkan akan meningkat dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan
air membantu mencerna makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk
memproduksi susu guna untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak yang baru
dilahirkannya. Pada sapi setelah melahirkan kebutuhan mineral dan vitamin juga
perlu diperhatikan karena ini akan berpengaruh terhadap kualitas susu yang di hasilkan.
Simpulan
Dari
pembahasan yang telah di uraikan di atas
maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut :
1. Pengeringan adalah menghentikan
pemerahan selama ± 80 hari menjelang
sapi melahirkan kembali pada sapai-sapi yang mengalami periode laktasi kedua
dan seterusanya. Periode yang kering, maka yang optimal bila masa istirahat
dapat diberikan kepada organ yg mengeluarkan susu dan gizi dalam makanan dan
pakan ternak dapat digunakan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bobot dari
sapi dan tepat perkembangan janin bukan produksi susu.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi periode kering bunting pada sapi perah bunting adalah metode pengeringan, kondisi ternak.
3. Metode/
cara pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara: 1.
Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya diperah
sekali sehari selama beberapa hari, 2. Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan
tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting
atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara
bergantian, dan 3. Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan
ini dilakukan dengan tiba-tiba.
DAFTAR PUSTAKA
Abrianto,W.W.2011.www.duniasapi.com/penanganan
sapi perah masa kering/1541-perlakuan-pada-sapi-perah-laktasi.html (di Akses
tanggal 19 Desember 2011)
Animous.2011. http://flasher-box.com/news/program-ternak-laktasi/. (diakses tanggal 19 Desember 2011)
---------.2011. http://peternakan.sragenonline.com/2011/01/budidaya-ternak-sapi-perah.html. (di akses tanggal 19 Desember 2011).
Pangudiluhur, Krisna.2010. http://krisnapangudiluhur.blogspot.com/2010/12 /manajemen-pemeliharaan-dan-perawatan.html.(di
akses tanggal 19 Desember 2011)
Sari,Salmi.A.2011. http://angginasarisalmi.wordpress.com/2011/01/25/ppkh-jenis-dan-tata-cara-pemeliharaan-sapi-perah/. (diakses tanggal 19 Desember 2011)
Sumaryono, Roy.2009. http://roysumaryono.blogdetik.com/2009/02/28/cara-budidaya-sapi-perah/.(diakses tanggal 19 Desember 2011)